Sabtu, 11 April 2015

Tarian dan Si Penonton

kala tarian seperti mengolok olok
ada api yang mencoba menyulut bara
membakar kata 
menghitam hati
menyayat kain sang pembalut daging

diam
hening

lentera terpadam
nyanyian fajar mulai menyepi
tabuh gendang berhenti berdendang

manusia lunglai kembali merangkak
ruh yang mengajaknya bergeliat hengkang dari peraduannya
jasad berbalut daging itu jatuh
terlelap pulas
kala rembulan berpeluk bintang

bersyukurlah
Sang Maha Pengasih tak pernah lalai
rezeki menghampiri kala kau mau
tak peduli walau bibir selalu mencerca
seperti lelah merindu malam
ia kan hadir tepat waktu
Ia tak kan ingkar pada janjiNya sendiri
tak seperti mulut yang pandai berdusta
dan berkata berbusa busa

tarian senja seperti mesin yang tak tahu kapan ia berhenti
mungkin saat bahan bakar mulai mengering
berceloteh tanpa berfikir
bernyanyi tanpa nada
hanya bicara
seperti pedang menebas kepala
merasa tak berdosa
 lantas cukuplah menghela nafas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar